Metode pendidikan dengan mengaji adalah metode pendidikan yang mencoba memberikan alternatif belajar baca huruf Al Qur'an yang ditujukan pada tahap anak-anak yaitu kepada jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak atau lebih populer dengan sebutan TK. Metode pendidikan dengan mengaji ini adalaah sebuah metode pendidikan yang belum meluas selayaknya metode-metode lainnya. Metode pendidikan dengan mengaji sangat berkaitan erat dengan pengembangan nilai-nilai agama di Taman Kanak-kanak. Selain itu pendidikan dengan mengaji dapat membentuk perilaku manusia, sikap, dan keyakinan yang baik yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam tentunya, sehingga dapat berguna demi bangsa, negara, dan agama. Oleh sebab itu, diperlukan berbagai inovasi pengembangan yang komprehensif sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak didik. Yang tidak hanya mengenal isi dari Al-Quran tetapi juga mengetahi makna serta dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai bentuk dan jalur pendidikan yang ada di Indonesia, seperti:
1. Jalur pendidikan formal yaitu jalur pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
2. Jalur pendidikan nonformal yang meliputi pendidikan dasar, dan pendidikan lanjutan. Pendidikan dasar mencakup pendidikan keaksaraan dasar, keaksaraan fungsional, dan keaksaraan lanjutan paling banyak ditemukan dalam pendidikan usia dini (PAUD), Taman Pendidikan Al Quran (TPA), maupun Pendidikan Lanjut Usia. Pemberantasan Buta Aksara (PBA) serta program paket A (setara SD), paket B (setara B).
3. dan jalur pendidikan informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Dari berbagai jalur pendidikan tersebut biasanya diterapkan kepada pelajar secara terpisah. Sertanya tidak dikombinasikan atau digabungkan menjadi satu dalam proses pendidikan itu sendiri. Dalam metode pendidikan melalui mengaji mencoba mengkombinasikan antara jalur pendidikan formal dan jalur pendidikan nonformal. Diman jalur pendidikan formal dalam hal ini jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak, dan jalur pendidikan nonformal mencangkup Taman Pendidikan Al Quran (TPQ).
Tetapi tidak sedikit orang yang pro atau kontra mengenai pendidikan melalui mengaji tersebut. Hal ini terletak dari penerimaan pendidikan melalui mengaji itu sendiri. Banyak orang merasa bahwa pendidikan melalui mengaji tersebut kita hanya mengetahui dari bahasa Arabnya saja tetapi maknanya sebagian besar belum mengetahui secara rinci. Tetapi hal ini dapat teratasi dengan adanya berbagai tafsir atau terjemahan Al-Quran yang banyak didapatkan di toko-toko terdekat. Selain itu perkumpulan-perkumpulan mengaji seperti pemahaman Al-Quran yang telah menjamur dimana-mana.
Seorang Kartini pun yang telah kita ketahui bahwa beliaulah salah satu pejuang Indonesia yang sangat perperan penting bagi kehidupan kaum perempuan Indonesia bercita-cita memajukan bangsanya dan berusaha memperbaiki tingkat pemahaman agama yang menjadi landasan terbentuknya pribadi luhur yang menjadi pilar pembangunan bangsa. Bahkan dalam sekolah yang dirintisnya juga diterapkan pemahaman Al-Quran seperti mengaji.
Adapun tujuan dari metode pendidikan dengan mengaji adalah sebagai berikut:
1. Meningkatan kecerdasan anak melalui mengaji.
2. Menanamkan sedini mungkin ajaran-ajaran Islam kepada anak didik.
3. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
4. Menyiapkan individu untuk dapat beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
5. Meningkatkan rasa cinta anak kepada Allah melalui mengaji.
Dari pernyataan diatas pada hakekatnya pembelajaran melalui mengaji memiliki beberapa ciri sebagai berikut: Pertama, seluruh siswa dikumpulkan dalam suatu ruangan yang telah tersedia beberapa guru pembimbing, tidak dikelompokkan seperti pada metode klasikal. Kedua, guru yang bertugas membimbing menyiamkan buku panduan prestasi untuk mengetahui sejauh mana tingkat kecerdasan anak. Ketiga, jika seorang anak nilainya kurang dari B atau dianggap kurang harus mengulang sampai dapat menyeimbangkan dengan teman-teman lainnya.
Sabtu, 28 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar